Cari Blog Ini

Rabu, 06 November 2019

Senyum Karyamin, Kumpulan Cerpen Bertema Ironi Karya Ahmad Tohari

Senyum Karyamin - Ahmad Tohari

  • Identitas Buku
Judul                  : Senyum Karyamin
Penulis               : Ahmad Tohari
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit        : 1989
Ketebalan buku  : 88 halaman, 21cm
ISBN                  : 978-979-22-9736-2
  • Tentang Penulis
Ahmad Tohari lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa tengah, pada tanggal 13 Juni 1948. Ia adalah sastrawan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto, lalu pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldrun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (1975-1976).

Dalam dunia jurnalistik, Ahmad Tohari pernah menjadi staf redaktur harian Merdeka, Majalah Keluarga, dan majalah Amanah, semuanya di Jakarta. Dalam karier kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupan pesantren ini telah melahirkan beberapa novel dan kumpulan cerpen. Beberapa karya fiksinya antara lain Ronggeng Dukuh Paruk, yang telah terbit dalam edisi bahasa Jepang, Jerman, Belanda, dan Inggris. Tahun 1990 pengarang yang punya hobi memancing ini mengikuti International Writing Programme di Iowa City, Amerika Serikat, dan memperoleh penghargaan The Fellow of the University of Iowa.

Ronggeng Dukuh Paruk, yang diterbitkan tahun 1982, berkisah tentang pergulatan penari tayub di dusun kecil Dukuh Paruk pada masa pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap kekiri-kirian oleh Pemerintah Orde Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Hingga akhirnya Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan akhirnya terbebas dari intimidasi dan jerat hukum. Novel ini telah di filmkan oleh sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari (2011). Tohari memberikan apresiasi yang tinggi terhadap para pembuat film tersebut dan berujar ini akan jadi dokumentasi visual yang menarik versi rakyat, bukan versi kota sebagaimana dalam film-film sebelumnya.

Cerpennya yang berjudul Jasa-Jasa buat Sanwirya mendapat Hadiah Hiburan Sayembara Kincir Emas 1975 yang diselenggarakan Radio Nederlands Wereldomroep. Novelnya Kubah (1980) memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama 1980. Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jantera Bianglala (1986) meraih hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1986. Novelnya Di Kaki Bukit Cibalak (1986) menjadi pemenang salah satu hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1979. Pada tahun 1995 Ahmad Tohari menerima hadiah Sastra Asean, SEA Award. Sekitar tahun 2007 Ahmad Tohari menerima Hadiah Sastra Rancage.

  • Tentang Buku
Kumpulan cerita pendek ini berisi 13 cerpen Ahmad Tohari yang ditulis antara tahun 1976 dan 1986. Seperti dalam karya-karyanya terdahulu, dalam kumpulan ini pun Tohari menyajikan kehidupan pedesaan dan kehidupan orang-orang kecil yang lugu dan sederhana. Kekuatan Tohari terletak pada latar alam pedesaan yang sarat dengan dunia flora dan fauna. Selain itu, gaya bahasa Tohari lugas, jernih, tapi juga sederhana, di samping kuatnya gaya bahasa metafora dan ironi.

Dari tiga belas judul, ada satu judul yang sangat berkesan buat saya yaitu Wangon Jatilawang. Dalam cerpen tersebut diceritakan seorang yang dianggap orang lain gila karena keterbelakangan mental sehingga dihindari orang-orang sebab dipercaya membawa kesialan. Tapi ada satu orang yang tetap memperlakukannya dengan baik, memberi makan dan uang. Dan suatu ketika ia menjanjikan membelikan baju baru karena waktu sudah mendekati lebaran. Tapi naasnya esok pagi ia mendengar kabar bahwa orang yang selama ini diberinya makan telah meninggal tertabrak truk. Kumpulan cerita ini memang menceritakan kisah-kisah tragis, ironi, tanpa ada penyelesaikan dalam satu cerita. Tapi uniknya setiap cerita mampu memberi kesan yang dalam bagi pembaca. Rating 4/5 ⭐

Sabtu, 02 November 2019

Sinopsis Cerita Rakyat Bengkulu: Putri Serindu Hati dan Perbimbang

Putri Serindu Hati dan Perbimbang
  • Identitas Buku
Judul                  : Putri Serindu Hati dan Perbimbang
Penulis               : M. Yusuf
Penerbit              :Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemdikbud
Tahun terbit        : 2016
Ketebalan buku  : vi;58 halaman, 21cm
ISBN                  : 978-602-437-092-3
Genre                : cerita rakyat


  • Tentang Penulis
M. Yusuf adalah seorang staf teknis di kantor Bahasa Bengkulu. Ia lahir di Padang, 13 Maret 1976. Penulis pernah bersekolah di IAIN Imam Bonjol jurusan Sastra Arab. Ia aktif dalam kegiatan pembinaan puisi dan musikalisasi puisi di Bengkulu. Selain cerita rakyat, Penulis pernah menerbitkan buku yang berjudul Peta Bahasa pada tahun 2008.
 
Putri dan Perbimbang sedang mengobrol di sawah
  • Sinopsis
Di buku ini diceritakan sepasang kekasih yang saling mencintai bernama Putri Serindu Hati dan Perbimbang. Awal mula mereka saling mengenal karena mereka sering pergi ke sawah bersama. Putri yang putus sekolah tidak begitu punya banyak teman, hanya Perbimbang seorang teman ngobrolnya. Hari2 yang mereka lalui membuat mereka saling suka hingga Perbimbang melamarnya. Hari itu mereka berjanji untuk bertemu dengan orang tua Perbimbang pekan depan. Mereka bermaksud mengutarakan niat mereka.

Pekan depan ketika Putri tiba di rumah Perbimbang, ia menemukan pengajian disana dan ibu Perbimbang yang menangis tersedu2. Ternyata itu adalah pengajian hari ketiga meninggalnya Perbimbang.
Putri yang baru mengetahui kabarnya masih tidak percaya, sampai ia melihat makam kekasihnya dan menangis tersedu2.
Di makam itulah keajaiban terjadi, makamnya runtuh membentuk lorong dan Putri melompat ke dalam. Ia terus berjalan memasuki lorong hingga tanpa sadar ia sudah masuk ke alam arwah. Di alam itu ia melihat banyak arwah yang disiksa, dengan rasa takut ia terus berjalan hingga ia sampai di pintu ke tujuh. Disana ia menemukan arwah Perbimbang. Putri bercerita apa yang terjadi dan rasa sedihnya ditinggal Perbimbang. Tiba-tiba datanglah seorang kakek yang membawa pesan ia diberikan kesempatan untuk hidup kembali dan menyuruh arwah Perbimbang masuk ke dalam telur yang di bawa Putri.

Dengan rasa percaya diri Putri kembali menyusuri lorong tanpa rasa takut, hingga ia kembali ke alam manusia. Disana orang tua Perbimbang dan warga masih berkumpul di makam. Di pecahkannya telur itu dan wujud Perbimbang kembali. Orang tua dan warga ikut bergembira dengan kembalinya Perbimbang. Setelah melalui banyak hal, akhirnya Putri dan Perbimbang melakukan pernikahan dan mereka hidup bahagia.

Putri sedang menangis di atas makam Perbimbang
Bagi yang mau baca tapi tidak punya bukunya tenang ya karena kemdikbud menyediakan versi pdf nya baca disini

Memetik Makna Kehidupan Masyarakat Kampung Manowa dari Novel Si Anak Badai

Si Anak Badai - Tere Liye
  • Identitas Buku
Judul                  : Si Anak Badai
Penulis               : Tere Liye
Penerbit              :Republika Penerbit
Tahun terbit        : 2019
Ketebalan buku  : 322 halaman, 21cm
ISBN                    : 978-602-5734-93-9
Genre                   : novel fiksi penunjang kepustakaan (SU)
Harga                   : Rp 70.000,00


  • Tentang Penulis
Tere Liye dengan nama aslinya Darwis, adalah salah satu penulis paling produktif di Indonesia. Lahir dan besar di Lahat, Sumatera. Karyanya banyak di kenal masyarakat, bahkan beberapa telah di filmkan. Novel-novelnya selalu menjadi bagian buku-buku best seller dan telah menerbitkan lebih dari 30 novel.
  •  Sekilas Tentang Novel Si Anak Badai
"Badai kembali membungkus kampung kami. Kali ini aku mendongak, menatap jutaan tetes air hujan dengan riang. Inilah kami, Si Anak Badai. Tekad kami sebesar badai. Tidak pernah kenal kata menyerah."

Seperti kutipan di atas, buku ini menceritakan sekumpulan anak-anak yang dijuluki Si Anak Badai yang hidup dan tumbuh ditemani suara aliran sungai, riak permukaan muara, dan deru ombak lautan. Mereka hidup damai di kampung Manowa hingga badai besar yang dibawa Sang Perompak datang menyerbu kampung. Badai sebenarnya yang akan meratakan rumah-rumah penduduk, yaitu proyek pelabuhan besar. Si Anak Badai yang penuh tekad dan keberanian berusaha mempertahankan apa yang menjadi milik mereka.

  •  Nilai Moral
Novel ini berkisah tentang kehidupan penduduk muara sungai yang jauh dari modernisasi, bahkan bisa di bilang tertinggal. Namun meski terpencil, penduduknya hidup damai dan tentram dengan nilai-nilai dan tradisi masih tertanam erat di kampung Manowa ini. Berikut beberapa hal yang bisa kita ambil nilai positifnya dari kehidupan masyarakat Manowa:

Mandiri

Saya sangat suka dengan dengan konsep penulis yang menanamkan kemandirian sejak dini. Penulis tidak pernah lupa menyisipkan pesan-pesan di setiap novelnya, seperti kali ini yang menceritakan anak-anak Manowa suka mencari uang tambahan dengan berenang dan mencari koin dari kapal penumpang setiap minggu, atau memancing dan menjual ikan di pasar.

Gemar Membantu Orang Tua

Seperti yang diceritakan di bab 2 dengan judul 'Membantu mamak', di rumah, Za dan adik-adiknya juga membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, mencuci piring, membantu mamak mengukur baju ke rumah-rumah pelanggan, sesuatu yang sudah jarang ditemukan pada anak-anak perkotaan.
 
Bertanggung jawab 

Ketika Za dan Fatah membantu mamak mengukur baju Wak Sidik, ada kesalahan yang mereka lakukan, mereka salah ukur sehingga mereka harus mengukur ulang. Berangkatlah mereka ke rumah Wak Sidik, malangnya yang dicari tidak ada di rumah melainkan di kantor kecamatan. Karena rasa tanggung jawab yang mereka punya, mereka menyusul Wak Sidik ke kantor kecamatan dengan jalan kaki di tengah terik matahari dengan jarak 3 kilometer.
"Mamak menyuruh kita bertanggung jawab. Aku tidak mau pulang sebelum urusan ini selesai. Bisa panjang urusannya. Kita bisa di hukum tidur di teras rumah. Kalau kau tidak mau ikut, biar aku saja."- halaman 43

Setia Kawan

Di suatu bab di ceritakan bahwa Malim ingin berhenti sekolah dan mencari uang saja. Tentu saja teman-temannya tidak tinggal diam dengan keputusan Malim, ditambah ujian kelulusan sudah dekat. Bu guru yang setiap hari datang ke rumah Malin untuk membujuk Malim bersekolah kembali akhirnya putus asa. Tetapi Za dan teman-temannya tetap keras kepala membujuk Malim. Mereka datang ke bale setiap hari sepulang sekolah, tempat Malim mencari koin dari kapal penumpang, dan membujuknya untuk kembali sekolah. Meskipun Malim menolak, sempat juga Malim membuat temannya tercebur ke sungai dan membuat buku pelajarannya basah, mereka tetap bersikukuh membujuknya.
"Kami kawan kau, Lim. Kami tidak akan menyerah semudah yang kau kira. Kau harus kembali sekolah, Tenang saja, besok-besok, aku percaya kau bisa menjadi saudagar besar."
Gotong Royong 

Jembatan kayu penghubung masjid dengan kampung roboh ketika warga sedang solat subuh, untuk itu warga satu kampung gotong royong memperbaiki jembatan. Ibu-ibu ikut menyiapkan santapan, anak-anak juga membantu sebisa mereka apapun di kerjakan.

Pantang Menyerah

Ketika warga kampung terlihat pasrah dengan penggusuran kampung mereka, bahkan Pak Kapten yang paling vokal menentangpun di tangkap, anak-anak kampung Manowa tidak tinggal diam. Za dan teman-temannya menyusun rencana menggagalkan pembangunan pelabuhan itu. Walaupun beberapa kali gagal tapi mereka pantang menyerah dan terus mencoba. Hingga akhirnya mereka menemukan bukti yang tak terbantahkan bahwa kampung Manowa tidak layak untuk dijadikan pelabuhan besar.

Featured post

Resensi Novel si Anak Badai Karya Tere Liye

  Si Anak Badai - Tere Liye Identitas Buku Judul                   : Si Anak Badai Penulis                : Tere Liye Penerbit   ...

Popular Posts