Senyum Karyamin - Ahmad Tohari |
- Identitas Buku
Judul : Senyum Karyamin
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 1989
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 1989
Ketebalan buku : 88 halaman, 21cm
ISBN : 978-979-22-9736-2
- Tentang Penulis
Ahmad Tohari lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa tengah, pada tanggal 13 Juni 1948. Ia adalah sastrawan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto, lalu pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldrun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (1975-1976).
Dalam dunia jurnalistik, Ahmad Tohari pernah menjadi staf redaktur harian Merdeka, Majalah Keluarga, dan majalah Amanah, semuanya di Jakarta. Dalam karier kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupan pesantren ini telah melahirkan beberapa novel dan kumpulan cerpen. Beberapa karya fiksinya antara lain Ronggeng Dukuh Paruk, yang telah terbit dalam edisi bahasa Jepang, Jerman, Belanda, dan Inggris. Tahun 1990 pengarang yang punya hobi memancing ini mengikuti International Writing Programme di Iowa City, Amerika Serikat, dan memperoleh penghargaan The Fellow of the University of Iowa.
Ronggeng Dukuh Paruk, yang diterbitkan tahun 1982, berkisah tentang pergulatan penari tayub di dusun kecil Dukuh Paruk pada masa pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap kekiri-kirian oleh Pemerintah Orde Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Hingga akhirnya Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan akhirnya terbebas dari intimidasi dan jerat hukum. Novel ini telah di filmkan oleh sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari (2011). Tohari memberikan apresiasi yang tinggi terhadap para pembuat film tersebut dan berujar ini akan jadi dokumentasi visual yang menarik versi rakyat, bukan versi kota sebagaimana dalam film-film sebelumnya.
Cerpennya yang berjudul Jasa-Jasa buat Sanwirya mendapat Hadiah Hiburan Sayembara Kincir Emas 1975 yang diselenggarakan Radio Nederlands Wereldomroep. Novelnya Kubah (1980) memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama 1980. Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jantera Bianglala (1986) meraih hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1986. Novelnya Di Kaki Bukit Cibalak (1986) menjadi pemenang salah satu hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1979. Pada tahun 1995 Ahmad Tohari menerima hadiah Sastra Asean, SEA Award. Sekitar tahun 2007 Ahmad Tohari menerima Hadiah Sastra Rancage.
- Tentang Buku
Dari tiga belas judul, ada satu judul yang sangat berkesan buat saya yaitu Wangon Jatilawang. Dalam cerpen tersebut diceritakan seorang yang dianggap orang lain gila karena keterbelakangan mental sehingga dihindari orang-orang sebab dipercaya membawa kesialan. Tapi ada satu orang yang tetap memperlakukannya dengan baik, memberi makan dan uang. Dan suatu ketika ia menjanjikan membelikan baju baru karena waktu sudah mendekati lebaran. Tapi naasnya esok pagi ia mendengar kabar bahwa orang yang selama ini diberinya makan telah meninggal tertabrak truk. Kumpulan cerita ini memang menceritakan kisah-kisah tragis, ironi, tanpa ada penyelesaikan dalam satu cerita. Tapi uniknya setiap cerita mampu memberi kesan yang dalam bagi pembaca. Rating 4/5 ⭐